Minggu, 03 Mei 2015

"ILMU JAWA KUNO - Sanghyang Tattwajñāna Nirmala Nawaruci."


Rahaden Wṛkodhara diperintah oleh gurunya, Śrī Ḍanghyang Droṇa, untuk mencari Banyu Mahāpawitra, yaitu air suci sumber kehidupan alam semesta. Ia bertemu sepasang ular besar yang sejatinya adalah widyādhara dan widyādharī yang terkena kutuk dan harus tinggal di tempat tersembunyi: Sumur Si Dorāngga. Banyu Mahāpawitra tak ditemukan di sana, namun ia berhasil melukat dua ular tersebut sehingga kembali ke wujud asalnya.

"MISTERI BOROBUDUR - CANDI BOROBUDUR BUKAN PENINGGALAN NABI SULAIMAN."


Candi Borobudur semenjak lama diyakini sebagai peninggalan Dinasti Sailendra dari Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-8. Lalu ada seseorang bernama KH. Fahmi Basya yang mencetuskan sebuah teori bahwa Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman dan Indonesia adalah Negeri Saba. Ia mengklaim memiliki bukti-bukti ilmiah yang kuat untuk mendukung teorinya. Benarkah demikian?

Selasa, 01 Juli 2014

"AKU DAN DUNIAKU (THE WORLD I LIVE IN)".


“Hanya cinta yang kuasa meruntuhkan dinding yang memisahkan kita dari kebahagiaan.” (Helen Keller) 

Helen Keller buta dan tuli sejak kecil. Seperti berada dalam mimpi abadi, baginya tidur dan jaga tak bisa dibedakan. Tetapi dengan kekuatan jiwa, seiring bertumbuhnya kesadaran, perlahan-lahan ia berikhtiar melampaui cacat fisiknya. Ia belajar “melihat” dan “mendengar” melalui tangan, hidung, dan lidah. Tatkala mata dan telinganya berhenti berfungsi, penglihatan batin dan imajinasinya berkembang pesat. Ia mampu menyimak musik orkestra atau lolong serigala dengan merasakan getar suara yang merambat melalui udara dan benda-benda. Kepekaannya bahkan membuatnya sanggup meramal sebuah peristiwa sebelum itu terjadi.

"KISAH HIDUPKU (THE STORY OF MY LIFE)".


“Yang terbaik dan terindah dalam hidup ini tak bisa dilihat atau diraba, tetapi harus dirasakan dengan hati.” (Helen Keller)

Helen Keller adalah perempuan yang lahir normal layaknya bayi lainnya. Tiba-tiba penyakit misterius saat ia baru berumur 19 bulan membuatnya buta dan tuli selamanya. Tetapi kondisi itu tidak memupus semangatnya untuk memahami diri dan dunia. Adalah Anne Sullivan, seorang guru yang penuh cinta, datang bak peri pembawa cahaya bagi dunia Helen yang gulita.

"INDUK ILMU KEJAWEN: WIRID HIDAYAT JATI".


Wirid Hidayat Jati adalah kitab babon bagi para penganut Kêjawen. Kumpulan ajaran rahasia para wali di tanah Jawa yang pernah diwejangkan kepada santri-santri khusus pada abad ke-15 dan 16. Tercatat ada delapan wali yang membabarnya secara bersamaan pada masa-masa itu. Pada abad ke-16 Sunan Kalijaga merangkum seluruh ajarannya. Raden Ngabehi Ranggawarsita kemudian menuliskannya kembali pada pertengahan abad ke-19. Melalui beliaulah Wirid Hidayat Jati dikenal secara luas dan menjadi sumber rujukan hampir seluruh aliran Kêjawen.

Minggu, 16 Maret 2014

"WALI SANGA". (Sebuah Novel)


Ketika Majapahit hancur oleh serangan Dêmak pada tahun 1478, tanah Jawa penuh dengan pergolakan. Masa itu adalah masa penyebaran Islam secara besar-besaran. Majelis Wali Sanga, selaku wadah besar para ulama, didukung pemerintahan Islam di pesisir utara, mulai merambah ranah politik. Bahkan Sunan Giri menitahkan pembakaran lontar-lontar agama leluhur, Siwa Budha, yang masih banyak disimpan penduduk Jawa. Karena merasa ulama seharusnya hanya berperan sebagai pencerah dan pembimbing pemerintah dan masyarakat, Syekh Siti Jênar menyatakan diri keluar dari Majelis Wali Sanga. Para ulama di Jawa pun di ambang perpecahan.

"GATHOLOCO". (Rahasia Ilmu Sejati dan Asmaragama)

*Tidak dijual di toko buku manapun, hanya bisa dipesan secara Online .
 
Gatholoco adalah lambang Lelaki Sejati, ia yang mampu memahami proses penciptaan manusia melalui lingga dan yoni, yang menjadi penyebab turunnya ruh ke bumi. Lelaki Sejati adalah ia yang sanggup mengendalikan segala anasir di dalam dirinya. Buku ini menceritakan kembara Gatholoco menaklukkan lima wanita yang merepresentasikan unsur-unsur halus di dalam diri manusia: Rêtna Dewi Lupitwati (yoni/kundalini), Mlênuk Gêmbuk (memori), Dudul Mêndut (kesadaran), Rara Bawuk (emosi), dan Dewi Bleweh (pikiran). Seolah berbicara kepada diri sendiri, Gatholoco kemudian membabar rahasia ilmu sejati dan ketuhanan dengan bahasa yang memukau dan sarat makna.

KOMENTAR VIA FACEBOOK